Journalistik online membawa perubahan penting dalam dunia
jurnalistik, bukan saja dari sisi bentuk media dan sajian, tapi juga
praktisinya atau wartawannya. Kini, berkat jurnalistik online, setiap orang
bisa menjadi wartawan ( everyone can be journalist ) yang di kenal dengan
konsep citizen journalism ( jurnalistik warga / jurnalisme warga ).
Citizen journalism dapat di definisikan sebagai praktik jurnalistik
yang di lakukan oleh orang biasa. Kehadiran blog dan media sosial menjadikan setiap
orang bisa menjadi wartawan dalam pengertian juruwarta atau menyebarkan
informasi sendiri kepada publik.
Media citizen journalism bermacam-macam, mulai dari kolom komentar
di situs berita hingga blog pribadi. J. D. Lasica, dalam Online Journalism mengatagorikan
ke dalam enam tipe :
·
Audience
participations : seperti komentar user yang di attach pada berita, blog-blog
pribadi, foto, atau video footage yang di ambil dari handycam pribadi, atau
berita lokal yang di tulis oleh anggota komunitas.
·
Independent
News and Information Website : situs web berita atau informasi independen
seperti Consumer Reports, Drudge Report yang terkenal dengan
‘’Monicagate’’-nya.
·
Full-fladged
participatory news sites : situs berita partisipatoris murni atau situs
kumpulan berita yang murni di buat dan di publikasikan sendiri oleh warga
seperti OhmyNews, NowPublic, dan GroundReport.
·
Collaborative
and contributory media sites : situs media kolaboratif seperti Slashdot,
Kuro5hin, dan Newsvine.
·
Other
kinds of ‘’thin media’’: bentuk lain dari media ‘’tipis’’ seperti mailing list
dan newslatter e-mail.
·
Personal
broadcasting sites : situs penyiaran pribadi seperti KenRadio.
Citizen journalism kian mendapat tempat ketika situs-situs berita
ternama seperti Cyber Kompas dan Detik com menyediakan fasilitas blog bagi
pembacanya- kompasiana dan blogdetik.
Di Indonesia, yang di sebut-sebut momentum perkembangan citizen
journalism terjadi pada tahun 2004 ketika terjadi tragedi Tsunami Aceh yang di
liput sendiri oleh korban. Bahkan , video yang dibuat warga saat kejadian di
tayangkan oleh semua stasiun televisi.
Kalangan media kian menyediakan ruang dan waktu untuk menayangkan
dan mempublikasikan berita dan informasi warga. Hingga kini, stasiun-stasiun
televisi masih sering manayangkan ‘’video amatir’’ dalam pemberitaan sejumlah
peristiwa.
Menurut Mark Glaser, seorang freelance journalist, seperti di muat
wikipedia, ide di balik citizen journalism adalah bahwa orang tanpa pelatihan
jurnalisme profesional dapat menggunakan alat-alat teknologi modern dan
distribusi global dari internet untuk membuat dan menyebarkan informasi, juga
mengoreksi berita yang ada di media online.
Citizen journalism turut mengembangkan ‘’media baru’’ (new media)
dengan bermunculannya blog-blog pribadi yang juga bisa tampil layaknya situs
berita. Terry Flew (pakar media dan komunikasi di Queensland University of
Technology Brisbane Australia), menyatakan ada tiga unsur penting untuk
kenagkita jurnalisme warga dan media warga : penerbitan terbuka, editing
kolaboratif, dan konten terdistribusi.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, gerakan jurnalistik warga telah
menemukan ‘’kehidupan baru’’. Masyarakat biasa (bukan wartawan) dapat membuat
berita dan mendistribusikannya secara global.
Citizen journalism telah melahirkan sejumlah ‘’media indi’’
(indymedia), yaitu media alternatif dan berusaha memfasilitasi masyarakat untuk
dapat mempublikasikan informasi yang mereka miliki.
Jurnalistik ‘’oleh rakyat’’ (by the people) ini terus berkembang
berkat fasilitas media sosial yang bermunculan, seperti web blog, ruang
chatting (chat room), wiki, dan mobile computing.
Citizen journalism mengubah peran publik yang selama ini menjadi
‘’obyek berita’’ atau audiens menjadi sangat aktif layaknya wartawan
profesional.
Salah satu tantangan citizen journalism adalah soal akurasi,
kredibilitas, dan dan ketaatan pada kode etik jurnalistik. Karena merasa bukan
wartawan. Seorang blogger misalnya dapat ‘’seenaknya’’ membuat dan menyebarkan
tulisan di blognya. Lagi pula, tidak ada jaminan blogger menguasai teknik dan
kode etik dalam penulisan berita.
Dari sisi citizen journalism inilah kelemahan utama jurnalistik
online, yakni aspek kredibilitas di tambah akurasi terutama penulisan kata
(bahasa jurnalistik). Karena terburu-buru, wartawan online kemungkinan sedikit
‘’ceroboh’’ dalam penulisan ejaan sehingga sering terjadi salah dalam penulisan
kata.
Dari
segi bahasa, citizen journalism ‘’tidak terikat’’ dengan kaidah bahasa, soal
kata baku dan tidak baku, karena lazimnya citizen jounalism seperti blogger menggunakan
bahasa tutur, slank, alias ‘’seenaknya’’.