Orang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan
material budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi,
akulturasi dan asimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembaruan dalam aspek-aspek
budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam
kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan
pandangan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada
unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
A. Proses Perkawinan Adat Banjar
Berdasarkan adat istiadat masyarakat Banjar terdapat beberapa
tahapan dan prosesi, baik sebelum maupun sesudah upacara perkawinan, seperti basasuluh,
badatang, bapapayuan, maanjar patalian, baantaran jujuran, bakawinan
itu sendiri, sampai bajagaan pengantin.
Banyaknya tahapan tersebut menegaskan bahwa perkawinan merupakan
hal yang serius, membutuhkan kesiapan fisik, mental, spiritual, bahkan
kemampuan finansial. di harapkan yang bersangkutan betul-betul menghargai makna
perkawinan.
a.
Basasuluh
Istilah ini di ambil dari kata suluh atau obor yang berfungsi
sebagai alat penerang. Dengan demikian maksud basasuluh supaya di peroleh
informasi yang jelas tentang sifat dan tabiat gadis yang hendak dijadikan
menantu. Tak ada yang di tutup-tutupi atau di sembunyikan mengenai perangai
aslinya. Jika sudah mengenal betul karakternya, diharapkan tiada lagi penyesalan
di kemudian hari.
Beberapa hal yang ingin dietahui diantaranya:
1.
Tentang
Agamanya,
2.
Tentang
Keturunannya,
3.
Tentang
Kemampuan rumah tangganya,
4.
Tentang
kecantikan wajahnya.
Untuk melakukan basasuluh di utuslah satu atau dua orang kerabat
tepercaya yang berpengalaman buat menyelidiki kelakuan si gadis. Di masa lalu
basasuluh dilakoni tanpa memberitahu tuan rumah perihal tujuan sebenarnya,
seolah hanya bailang (berkunjung). Dengan begitu, jika pihak basasuluh
memperoleh keterangan atau justru melihat langsung tingkah laku si gadis yang kurang baik, sehingga urung mengambil
menantu, pihak keluarga yang didatangi pun tidak tersinggung.
Apabila dalam kegiatan basasuluh itu telah di peroleh keterangan
yang lengkap, baik mengenai si gadis maupun keluarganya, tinggal menentukan
langkah selanjutnya yakni mengajukan lamaran.
b.
Badatang
Kalau pihak keluarga laki-laki sudah mantap dengan pilihan mereka,
saatnya lah badatang atau mengajukan lamaran secara resmi. Kali ini kembali
mengutus orang-orang pilihan sebagai perantara. Biasanya sengaja di pilih
kerabat atau tokoh masyarakat yang dia anggap terpandang, berwibawa dan punya
pengaruh kuat. Maksudnya, tiada lain agar pihak keluarga perempuan sungkan
untuk menolak.
Selain itu, syarat yang tak kalah penting bagi seorang utusan
adalah pandai bertutur kata. Terlebih-lebih dalam acara lamaran itu akan ada
semacam negosiasi untuk mencapai kata sepakat, termasuk untuk upaya membujuk
dan meyakinkan keluarga perempuan buat menerima lamaran.
Sekalipun pada perinsipnya diterima, tetapi biasanya keluarga
perempuan mempertimbangkan lamaran tersebut, mereka perlu minta masukan dari
sanak kerabat lainnya. Jika sudah terdapat kata mufakat, barulah membahas
masalah jujuran atau mahar.
c.
Bapapayuan
Sesuai dengan hari yang di janjikan, keluarga laki-laki kembali
datang ke tempat keluarga si perempuan untuk memperoleh kepastian. Jika memang
di setujui, mereka pun langsung membahas mengenai besarnya mas kawinyang harus
di berikan. Upaya mencapai titik temu dalam penetapan jumlah mas kawin ini di
kenal dengan istilah bapapayuan atau bapatut jujuran.
Mengingat pembahasan masalah jujuran ini relatif sensitif, maka
pada acara bapapayuan ini hanya di hadiri oleh kerabat dekat. Apabila tercapai
kesepakatan jumlah jujuran, di lanjutkandengan pembicaraan untuk menetukan
kapan waktunya maantar patalian sebagai tanda ikatan pertunangan.
d.
Maantar Patalian
Sebagai bukti keseriausan pihak laki-laki sekaligus tanda pengikat
agar so gadis tidak lagi menerima lamaran lain, maka prosesi berikutnyaadalah
maantar patalian. Dengan demikian resmilah pertunangan tersebut. Biasanya di
ikuti oleh para ibu-ibu dari kedua belah pihak, baik tetangga maupun
kenalan,supaya orang-orang tahu bahwa mereka sudah punya ikatan pertunangan.
Barang-barang yang diberikan pada waktu maantar patalian, di
antaranya seperangkat pakaian seperti baju, rok, tapih (sarung), serudung, BH,
selop, make up, dan lainya untuk keperluan si gadis yang di lamar. Lazimnya
pakaian yang diserahkan itu seraba taku atau masing-masing berjumlah tiga.
Maantar patalian ini biasa satu paket, bisa pula terpisah dengan
maantar jujuran. Kalau rentan waktu perkawinan masih lama, biasanya maantar
patalian di dahulukan sebagai ‘tanda jadi’. Sedangkan jika akad nikah mau
secepatnya dilaksanakan, maantar patalian dan jujuran di jadikan satu acara,
sehingga lebih efektif.
e.
Maantar Jujuran
Sebelum berangkat bubuhan pengantar jujuran berkumpul di rumah
pihak laki-laki. Sebuah talam berhias berisi mangkok berbentuk ayam jantan
(hahayaman) wadah menyimpan uang jujuran serta mangkok biasa temapat beras,
kunyit, dan bunga rampai, segera di siapkan. Tak ketinggalan pula talam berhias
untuk meletakkan bedak beras, beragam alat kosmetik lainnya, rempah dapur,
ditambah dengan sebuah baskom berisi beras, kelapa, gula merah, tunas pisang
berbalut kain kuning, serta ruas bamban. Termasuk, kompor pakaian tempat
penyimpan pengiring. Selanjutnya, sepuluh orang pria yang bertugas membawa
talam-talam tadi pun menuju kediaman si gadis.
Menurut adat Banjar, uang jujuran yang baru di serahkan dimasukkan
kedalam bakul bamban yang sudah di hias. Bakul tersebut demikoian diisi beras
kuning dan bungan rampai, lalu di aduk pakai wancuh (sendok besar), sehingga
uang jujuran,beras kuning dan bunga rampai tadi jadi satu. Berikutnya,
perwakilan dari pihak si gadis mengambil uang jujuran dan menghitung di depan
para undangan yang hadir. Kalau jumlahnya sesuai kesepakatan semula, maka uang
itu di masukkan kembali ke bakul dan di serahkan kepada orang tua si gadis.
-
Foto
& Alat untuk Maantar Jujuran yang terdapat di Musium Lambung Mangkurat.
f.
Akad Nikah
Masyarakat Banjar kebanyakannya Muslim, karena itu upacara nikah
umumnya di selenggarakan sesuai dengan ajaran Islam. Dan lazimnya akad nikah di
laksanakan di kediaman calon isteri.
Pada upacara nikah calon pengantin pria mengenakan jas, sarung, dan
peci. Ia duduk di tempat khusus – biasanya beralaskan kain bahalai (sarung
panjang dalam bentuk lembaran) yang di susun sedemikian rupa menyerupai bentuk
bintang – persis di tengah-tengah hadirin. Sedangkan calon pengantin wanitanya
mengenakan kebaya dan berhias. Saat akad nikah ia tidak duduk di tengah
undangan, melainkan di dalam kamar.
Sebelum akad nikah di langsungkan, penghulu terlebih dahulu
menanyakan kesediaan calon pengantin wanita lewat orangtuanya. Begitu ijab
qobul selesai, dilanjutkan dengan do’a dan khutbah nikah, serta nasehat perkawinan
yang di sampaikan oleh penghulu. Tidak jarang diisi pula dengan ceramah agama
seputar kehidupan berumahtangga. Kali ini penceramahnya tidak harus penghulu,
bisa juga oleh Tuan Guru/Ulama.
Dalam perkembangan sekarang, usai ijab qobul pengantin wanita
dibawa keluar dan duduk bersanding di depan undangan. Berita acara pernikahan
ditandatangani oleh kedua mempelai dan saksi-saksi. Acar nikah ini di akhiri
bersalaman dengan para undangan.
g.
Bapingit
Menjelang hari perkawinan, calon mempelai dituntut kesiaan fisik
dan mental. Terutama si wanitanya, sengaja dibatasi untuk melakukan kegiatan di
luar rumah. Masa bapingit atau bakurung ini di samping menjunjung adat, juga
untuk menghindari segala kemungkinan yang tak terduga. Demi mengantisipasi hal
semacam itu, diberlakukanlah masa bapingit.
Selama bapingit, calon mempelai wanita bisa lebih intens merawat
diri dengancara bekasai maupun batimung. Mandi uap khas masyarakat Banjar
dengan mengguanakan bahan tradisional seperti lengkuas, serai, dan daun pandan
ini, dimaksudkan untuk mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya, sehingga pada
saat bersanding nanti tidak lagi berkeringatan. Dengan batimung, badan pun jadi
harum.
Selain itu, selama masa bapingit kesempatan tersebut dapat di
manfaatkan oleh tetuha keluarga untuk menasehati calon mempelai sekitar
kehidupan berumah tangga. Dengan begitu, diharapkan perkawianan nanti berjalan
langgeng, sakinah, mawaddah wa rahmah.
h.
Badudus
Upacara badudus dilaksanakan sebagai tanda peralihan dari fase
remaja menuju masa dewasa. Mereka yang akan memasuku jenjang perkawinan
otomatis di katagorikan telah dewasa, dan dinobatkan dengan badudus. Di samping
itu,badudus di maksudkan pula untuk membentengi diri dari berbagai macam gangguan,
misalnya agar tidak kesurupan saat bersanding. Upacara ini dilakukan tiga hari
sebelum perkawinan, kebanyakan dilangsungkan waktu sore. Ketika badudus tidak
lupa di sediakan piduduk, sebagaimana acara batapung tawar.
-
Foto
& alat Pemandian yang terdapat di Musium Lambung Mangkurat, Salah satu
proses perkawinan adat Banjar yaitu Badudus.
Upacara mandi-mandi pengantin ini tetap mengedepankan nilai-nilai
agama. Jika calon pengantin belum di nikahkan, maka mandi badudus dilakukan
secara terpisah. Tapi, bila sudah menikah dibolehkan bersama-sama. Lokasi
badudus du samping rumah atau di halaman. Empat penjuru di tancapi tebu,
beratap kain kuning, dan berpagar mayang.
Calon pengantin di mandikan oleh beberapa wanita tua secara
bergantian dengan mengguyurkan ait bunga-bungaan yang terdapat dalam tempayang.
Usai upacara badudus dilanjutkan dengan selamatan nasi balamak (ketan) dan
pisang emas.
i.
Batamat
(khatam Quran)
Acara
batamat atau khatam Quran umumnya dilakukan pada sore atau pagi hari sebelum mempelai
bersanding di pelaminan. Dalam acara ini mempelai memakai busana haji dan
dipayungi kembang sambil membaca surat Ad-Dhuha sampai Surat An-Naas. Sewaktu
membaca ayat terakhir dari masing-masing surat yang dibaca, akan diiringi para
hadirin dan sanak saudara yang hadir. Acara yang dipimpin oleh seorang guru
ngaji diakhiri dengan pembacaan doa bagi kedua mempelai dan selamatan nasi
lemak yang dihias dengan telur rebus aneka warna.
j.
Aruh atau Pesta Perkawinan
Dari keseluruhan proses, acara perkawinan inilah yang menjadi inti
kegiatan terpenting. Pada waktu bakawinan diharapkan semua anggota keluarga,
baik yang dekta maupun yang jauh, bisa berkumpul. Karena itu, jauh-jauh hari
para kerabat sudah diberi tahu suaya bisa meluangkan waktu untik berhadir di acara
perkawinan.
Persiapan aruh bukan hanya menyangkut masalah pembiayaan yang
membutuhkan dana yang tak sedikit, juga persiapan segala sesuatu agar pesta
berjalan lancar.
Beberapa harisebelumnya diadakan rapat dengan mengundang tetangga
dan kerabat untuk menetukan tugas masing-masing. Ada yang khusu bertugas
memasak, menyiapkan makan, melayi tamu, mencuci piring, dan lainnya. Semua
bergontong rotong demi kelancaran aruh.
k.
Menghias Pengantin
Saat bersanding di pelaminan merupakan momen istemewa bagi sepasang
pengantin. Wajar bila mereka ingin terlihat menawan. Terlebih-lebih bagi
mempelai wanita, sedapat mungkintampil cantim dan anggun. Untuk itu, diperlukan
tukang hias yang piawai membuat wajah pengantn tampak berseri dan menarik hati.
Dalam budaya Banjar si perias pengantin itu zaman dulu biasanya
juga memiliki kemampuan spritual. Artinya, di samping mempunyai kemampuan
merias wajah, ia juga menggunakan doa atau mantera tertentu sehingga aura
kecantikan atau ketampanan pengantin kian memancar. Makanya, pada waktu merias
pengantin disediakan pula piduduk yang terdiri dari beras, kelapa, gula merah,
beras ketan kuning, dan uang. Meriasnya juga di pilih saat matahari naik,
sekitar pukul 09.00-10.00 Wita.
l.
Maarak Pengantin
Tujuan pelaksanaan walimah adalah agar prosesi perkawinan diketahui
khalayak ramai. Dengan beitu, orang-orang pun tahu bahwa pasangan tersebut
sudah resmi menjadi suami-isteri. Karena itu, pengantin sengaja di arak sembari
di pertontonkan kepada masyarakat sekitar.
Biasanya sebelum pengantin di arak, terlebih dahulu harus adanya
kurir atau utusan yang menyampaikan tentang kesiapan pengantin wanita untuk di
pertemukan dan di persandingkan. Jika kedua belah pihak sudah sama-sama siap,
barulah maarak pengantin dilaksanakan.
Upacar maarak pengantin, khususnya dari kalangan berada, sering
pula diiringi dengan kesenian hadrah maupun kuda gipang. Di tengah keramaian
itu kedua mempelai di usung oleh dua orang laki-laki, dan di galakan sesuai
dengan irama tabuhan gamelan.
m.
Batatai
Sebelum
kedua mempelai duduk di pelaminan, sesaat di tataikan di depan pintu rumah.
Maksudnya, mereka sengaja dipertontonkan di hadapan semua undangan yang hadir
di acara perkawinan tersebut.. setelah itu, keduanya di bawa ke pelaminan
tersebut. Setelah itu, keduanya di bawa kepelaminan buat betatai (bersanding).
Sesuai adat Banjar, pengantin pria duduk di sebelah kanan, sedangkan wanitanya
di sbebelah kiri. Tempat tempat pelamina itu di sebut Geta Kencana, berhiaskan
kain reguci dengan motif sulur-suluran, jambangan, padang kasalukutan, pohon
hayat, ditambah beberapa biji bantal yang juga bertaburan reguci.
-
Foto
tempat bersanding (batatai) yang terdapat di Musium Lambung Mangkurat.
Di pelaminan tersebut, di sela-sela acara batatai ada yang namanya
basusuapan wadai, perlambang bahwa kedua mempelai siap untuk saling berbagi. Di
pelaminan itu pula pengantin melayani tamu yang hendak bersalaman maupun yang
ingin berfoto bersama.
Apabila acara batati di rumah pengantin wanita dirasa telah
selesai, selanjutnya kedua mempelai dibawa sujud kerumah orangtua pengantin
pria, di sini mereka kembali ditataikan (disandingkan) supaya keluarga dan
tetangga pihak pengantin pria bisa mengenali. Di tempat ini biasanya ada
pemotongan kue pengantin untuk di suguhkan kepada seluruh undangan.
n.
Bajagaan Pengantin
Menurut adat kebiasaan, usai upacara perkawinan maka malam
berikutnya diadakan acara bejagaan (menunggu) pengantin. Supaya acara bajagaan
ini meriah, khususnya kalau keliarga pengantin kebetulan dari kalangan berada,
sering diisi dengan acara hiburan kesenian seperti mamanda, madihin, wayang
kulit, bakisah, balamut, atau baorkesan.
Pada waktu bajagaan ini, biasanya tuan rumah mengucapkan
terimakasih kepada seluruh kerabat dan masyarakat sekitar yang telah banyak
membantu sehingga acar resepsi perkawinan bisa terselenggara dengan lancar.
Begitulah proses perkawinan adat Banjar pada masa lalu. Namun pada
era gobalisasi saat ini tata cara perkawinan tersebut sudah banyak di
tinggalkan. Hal ini di sebabkan oleh perkembangan zaman , yang otomatis di anggap
tidak sesuai lagi denagn budaya-budaya leluhur seperti upacara perkawianan
tersebut. Dan juga di anggap bertele-tele. Budaya leluhur yang di ajarkan
secara turun-temurun malah dengan mudahnya kita tinggalkan tanpa adanya upaya
melestarikannya.
B. Filosofis Yang Terkandung Dalam Perkawinan Adat
Banjar
Astakona adalah suatu istilah dari sastra
Indonesia lama yang berarti segi banyak. Nasi astakona merupakan gambaran dari
banyaknya sajian dari yang dihidangkan pada suatu tempat, khusus dari talam yang
bertumpang ‘banyak’ tiga atau lima susun. Banyaknya sajian itu merupakan sebuah
kesatuan hidangan yang terdiri atas tiga komponen pokok makanan, yaitu nasi,
lauk pauk, dan buah-buahan. Hidangan nasi astakona berasal dari tradisi
kesultanan banjar untuk suatu upacara tertentu atau santap bersama dengan
adanya tamu kehormatan. Namun dalam kurun waktu selanjutnya disajikan dalam
acara ‘badadapatan’, yaitu santap bersama bagi pengantin setelah bersanding di
pelaminan (betataian).
Pencicipan nasi astakona. Secara simbolis
penyendokkan pertama nasi astakona diambil dengan sendok kayu oleh seorang
tokoh wanita tua dan menyerahkannya kepada tamu kehormatan. Bilamana dalam
acara penganten, nasi tersebut diserahkan kepada kedua pengantin, selanjutnya
diikuti oleh hadirin sesuai dengan kedudukan dan situasinya. Astakona sejak
lama lazim tidak mempergunakan alat makan seperti sendok dan garpu karena di
situ tersedia pula air tempat cuci tangan dan serbet kain.
Nasi astakona sesungguhnya memiliki makna
filososfis dalam tata kehidupan orang banjar, hal itu dapat dilihat dan
dihayati pada beberapa sarana dan bagian – bagian penyajian. Talam dalam jumlah
tiga atau lima menunjukkan jumlah yang ganjil, dimana dalam setiap bilangan dan
sarana masyarakat banjar selalu menggunakan angka ganjil/saraba tiga. Makanan
terdiri dari tiga komponen pokok (nasi dari beras/padi yang tumbuh di tanah,
lauk pauk dari ikan yang hidup di air, dan buah-buahan yang tinggi di udara)
adalah menggambarkan keterikatan hidup manusia dengan tanah, air, dan udara.
Dalam beberapa momen tertentu orang banjar selalu mendahulukan peranan orang tua (termasuk pengambilan pertama secara simbolik nasi astakona) sebagai lambang penghormatan terhadap orang yang memiliki kelebihan dalam hal usia, pengalaman, kewibawaan, dan afdhol (keutamaan dan barakat).
Dalam beberapa momen tertentu orang banjar selalu mendahulukan peranan orang tua (termasuk pengambilan pertama secara simbolik nasi astakona) sebagai lambang penghormatan terhadap orang yang memiliki kelebihan dalam hal usia, pengalaman, kewibawaan, dan afdhol (keutamaan dan barakat).
C.
Nilai Keagamaan
Masyarakat Banjar khusus banyak memeluk Agama
Islam, jadi tidak heran dalam prosesi perkawinan adat Banjar banyak terdapat nilai-nilai positif yang terkandung
dalam prosesi perkawinan adat Banjar. Disamping menghormati Agama sebagai dasar
kehidupan masyarakat Banjar. Kita juga menemuni beberapa proses perkawinan adat
Banjar yang masih melekat dengan Agama yaitu, Batamat Al-Qur’an ini adalah
contoh di mana perkawinan adat Banjar tetap mengedepankan nilai Agama yang
terkandung di dalamnya.
salam kenal ya kak, kita sama - sama orang banua.
BalasHapusBiar ku warganegara malaysia tapi ku bangga punya darah banjar masin.
BalasHapusBiar ku warganegara malaysia tapi ku bangga punya darah banjar masin.
BalasHapuslengkap hehe semoga dosen gatau kalo aku copy ini:(
BalasHapus